I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sebuah bisnis yang bisa dijalankan
secara online. Pada masa sekarang, perkembangan bisnis online sangat
fanatik.Hal ini dapat dilihat dari banyaknya iklan-iklan yang ada di internet
baik dari Indonesia maupun di luar negeri sana. Seolah-olah bisnis online telah
menjamur dikalangan masyarakat di dunia. Baik perusahaan yang besar, perusahaan
menengah, ataupun yang home industri. Mereka berlomba-lomba untuk melakukan
bisnis online di internet, sebab bisnis online dapat menekan biaya promosi yang
mahal. Jadi bisnis online dapat memberi untung yang besar terhadap kita yang
menjalankan bisnis tersebut asalkan kita serius dan menjalankan bisnis tersebut
dengan benar.
Salah satu bidang usaha adalah jasa.
Jasa sering dipandang sebagai suatu fenomena yang rumit. Kata jasa itu sendiri
mempunya banyak arti, dari mulai pelayanan pribadi sampai jasa sebagai suatu
produk. (Rambat Lupiyoadi:2013). Sebenarnya bangyak pakar mengemukakan mengenai
apaitu jasa, seperti yang dikemukakan oleh kotler (2004) dalam Rambat Lupianto
(2013) mendefinisikan jasa adalah setiap tindakan dan kegiatan yang ditawarkan
oleh suatu pihak ke pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud dan tidak
mengakibatkan perpindahan kepemilikan apapun. Produksi jasa mungkin berkaitan
dengan produk fisik atau tidak.
Teknologi transportasi merupakan satu dari sedikit
sektor usaha jasa dimana lalu lintas di jalan sama pentingnya dengan lalu
lintas di dunia maya. Jakarta sendiri memiliki kondisi kemacetan terparah di dunia. Bagi kebanyakan pihak, masalah ini sering diabaikan. Namun
ada beberapa pihak yang melihat masalah ini sebagai solusi bisnis menjanjikan.
Bagaimanapun, karena ranah transportasi Indonesia
menampilkan salah satu peluang terbesar di Asia Tenggara, GrabBike tidak dapat
secara mudah memenangkan pasar ini tanpa menghadapi banyak rintangan. Khususnya
di Jakarta, salah satu tantangannya datang dari pesaing lokal Go-Jek yang mendapat julukan “Uber untuk sepeda motor”.
Uber dan Grabbike lahir karena perkembangan
teknologi sehingga sulit rasanya menolak kehadiran mereka, bagi para tukang
ojek di pangkalan kiranya perlu berpikir lebih cerdas, meskipun segmen pasar
berbeda, tetapi bagaimana memanfaatkan teknologi sehingga memiliki kesempatan
yang sama dalam mencari penumpang.
1.2.
Rumusan Masalah
1.
Sejarah ojek online khususnya Grabbike
dari perusahaan Grab Taxi ?
2.
Bagaimana sosialisasi Grabbike di
Indononesia ?
3.
Bagaimana manajemen yang ada di
perusahaan Grab Taxi ?
4.
Apa saja konflik yang muncul dari
persaingan dengan ojek pangkalan dan pesaing “Gojek” ?
1.3.
Tujuan
Mengetahui konflik yang muncul
dari persaingan dengan ojek pangkalan dan pesaing “Gojek”
II.
PEMBAHASAN
2.1 Sosialisasi
Grab Bike di Indonesia
Sosialiasi yang dilakukan oleh pihak grabbike yaitu penjelasan dan pendekatan
lisan bahwa Grabbike hadir bukan sebagai pesaing para ojek pangkalan,
melainkan untuk merangkul ojek pangkalan agar bisa bergabung di Grabbike dan
menikmati rangkaian keuntungan yang bisa didapatkan selama mengemban karier
menjadi driver Grabbike.Lewat proses sosialisasi tersebut, memang tidak sedikit
ojek pangkalan yang mengubah pikiran mereka untuk bergabung dengan Grabbike.
2.2 Sistem
Perekrutan
Grabbike merupakan ojek online yang bisa
dipesan melalui smartphone. Kali ini Grabbike akan membuka pendaftaran skala
besar pada tanggal 1 September 2015.Layanan transportasi
sepeda motor GrabBike hari ini (12/8) secara resmi melakukan proses perekrutan
massal bertajuk GrabBike Kingdom untuk armadanya. GrabBike menggelar walk-in
registration bagi para calon driver yang ingin terdaftar. Pihak
GrabBike mencatat sekitar 3500 calon driver yang telah
melakukan pendataan, dan 5000 lainnya yang melakukan walk-in
registration.
Sebanyak lebih dari tiga ribu calon
driver yang hadir melakukan serangkaian tahap seleksi dengan menerapkan sistem
standarisasi penerimaan. Seleksi tahap pertama terdiri dari dari uji kelayakan
kendaraan, pemenuhan detil informasi pribadi, dan pembagian smartphone.
Seleksi tahap kedua melingkupi penggunaan aplikasi dan smartphone dengan
lebih komprehensif. Tahap akhir ialah pelatihan dan penyuluhan berkendara aman
dan prosedur antar-jemput lainnya yang ditandai dengan penyerahan atribut
sebagai tanda resminya driver tergabung dalam keluarga besar GrabBike.
Sebagai bagian dari kehidupan masyarakat
Indonesia, GrabBike memiliki komitmen untuk menciptakan layanan transportasi
ojek yang aman dan efisien di tanah air. dan kami menyambut siapa saja yang
ingin menjadi bagian keluarga GrabBike. Oleh karena itu kami selalu menerapkan
standar pada layanan kami, di mana melalui proses penerimaan ini kami dapat
menyaring para calon pengendara dan memberi mereka pelatihan yang memadai.
Driver yang telah mengikuti seleksi dapat langsung menerima pemesanan hari
ini juga, sementara lima ribu calon driver lainnya yang
melakukan walk-in registration perlu menunggu beberapa minggu
lagi.
Waktu tersebut dibutuhkan bagi pihaknya untuk melakukan pendataan latar
belakang dan kelayakan untuk mengikuti tahap selanjutnya. Selain kendaraan
pribadi, Surat Izin Mengemudi (SIM) dinyatakan sebagai syarat utama yang tak
dapat dinegosiasi. Pihaknya juga menerapkan batas usia maksimal pelamar yakni
berumur 50 tahun. Berumur di atas itu akan ada serangkaian tes medis untuk
membuktikan kesehatan driver mereka.
Dengan amunisi baru ini, GrabBike
berusaha segera menguasai pasar transportasi di Ibukota. Sementara
kompetitornya memiliki berbagai macam layanan, GrabBike mengambil momentum ini
berusaha menjadi layanan transportasi berbasis sepeda motor yang terbaik di Jakarta
dan sekitarnya.
Adapun persyaratan - persyaratannya yang harus
dipenuhu sebagai berikut:
·
KTP dan Fotocopy (JABODETABEK)
·
SIM C dan Fotocopy
·
Umur maksimal untuk menjadi driver
grabbike 50 tahun
·
Siapkan Materai Rp. 6000 cukup 1 lembar
·
Uang Rp. 100.000,-
·
Motor dengan kondisi prima
·
Mampu membawa penumpang di sekitar
Jabodetabek
·
Mengenal jalan JABODETABEK ( merupakan
option karena nanti akan dibekali smartphone bisa menggunakan GPS googlemap)
·
Skck asli dan fotocopy harus di bawa
untuk ditunjukkan kepada staf grabbike.
·
Bagi yang berumur 50 tahun keatas
diusahakan membawa surat keterangan sehat dari dokter.
·
Pada saat pengambilan atribut motor dan
kelengkapan wajib standar.
·
Memberikan Jaminan pilih salah satu bisa
berupa:
·
Kartu keluarga
·
Ijasah
·
Bpkb
·
Buku nikah
2.3 Pelayanan
Grab Bike
Aplikasi ini akan mengkalkulasi biaya
berdasarkan jarak yang ditempuh dan dapat menentukan besarnya tip yang ingin
diberikan kepada pengemudi. Pengguna juga dapat memberi catatan pada pengemudi
tentang lokasi menunggu atau barang bawaan tambahan.
Mengenai keamanan pelanggan dibenarkan
salah seorang staff GrabBike yang tak ingin disebutkan namanya. Dia mengatakan,
GrabBike punya sistem yang ketat untuk mengawasi drivernya. Bahkan, GrabBike
tak segan memberikan sanksi kepada driver yang ugal-ugalan.
Jika dilihat dari komunikasi antar muka
aplikasi GrabBike di ponsel pintar, pelanggan diberikan kesempatan untuk
memberikan komentar, kritik dan saran bagi drivernya. Tak hanya itu, nama
driver, nomer handphone serta plat kendaraan yang dimiliki pun terpampang
jelas.
Pelanggan bisa melaporkan driver ketika
ia mendapatkan perlakuan tak enak. "Pasti langsung hari itu juga dipanggil
dan diproses," tutupnya.
2.4 Sistem
Gaji dan Bonus
Sistem bagi hasil di grabbike adalah 90% untuk driver dan 10%
untuk perusahaan. Serta bonus setiap kali mengantar / order
penumpang serta bonus akan diberikan minimal jika mendapat 10 Order /
penumpang.
2.5 Pengalaman
Pengguna Grab Bike
Untuk memesan GrabBike, pengguna
diharuskan mengunduh aplikasi GrabTaxi. Aplikasi ini terhubung dengan GPS smartphone untuk
mengetahui lokasi pengguna, dan cukup akurat.
Layanan aplikasi GrabBike ternyata
primadona bagi kaum Hawa, khususnya bagi mereka pekerja kantoran. Layanan jasa
ini dinilai memberikan keamanan yang terjamin. "Data dari kantor lebih banyak
perempuan. Hampir 60 persen lebih perempuan yang naik GrabBike.
Biasanya saya dapat penumpang habis
pulang kantor malam," kata salah satu driver GrabBike.
Kaum wanita memilih layanan karena
sistem keamanan terjamin. Tiap data driver sudah disimpan di kantor. Bahkan,
untuk mengawasi drivernya, GrabBike menahan barang berharga milik driver
sebagai jaminan.
Promo yang sedang digencarkan GrabBike
menambah permintaan pelanggan. Meski pelanggan membayar murah, namun driver tetap
mendapat harga penuh dari kantor. "Karena murah, cuma Rp 15 ribu sudah bisa kemana-mana.” Jelas salah
satu pelanggan.
2.6 Persaingan di
Pasar Lokal
Untuk saat ini, adil rasanya mengatakan
Go-Jek memiliki poin lebih dibandingkan GrabBike. Go-Jek telah memiliki
setidaknya 2.500 armada ojek di Jakarta, dan “ojek jaket hijau” telah familier
untuk masyarakat di ibukota. Go-Jek telah lama membangun infrastruktur untuk
menyediakan berbagai layanan, termasuk layanan kurir, belanka, dan pengantaran
makanan yang disebut Go-Food (yang menjadi pesaing dari FoodPanda). Go-Jek juga
telah merambah bisnis ke daerah lain seperti Bandung, Bali, dan Surabaya.
Namun, Anthony Tan dan GrabTaxi miliknya tidak bisa
dipandang sebelah mata. Dengan banyaknya dana dan reputasi besar, GrabBike juga
berpotensi mengungguli Go-Jek jika mengembangkan teknologi yang lebih bagus,
merekrut lebih banyak pengemudi, dan menggencarkan upayamarketing. Semua
hal tersebut tentunya bisa dilakukan dengan mudah oleh perusahaan sekelas GrabTaxi.
Semuanya tergantung dari seberapa besar Anthony Tan ingin menyaingi Go-Jek di
Indonesia
2.7 Konflik Grabbike
dengan Ojek Pangkalan
Uber di Indonesia juga mengalami masalah. Tapi dalam bulan ini, konflik antara pengemudi aplikasi ojek pesanan
seperti Go-Jek dan GrabBike dengan pengemudi ojek pangkalan rasanya jauh lebih panas daripada
yang dialami Uber. Sejumlah orang yang mengatas namakan pengemudi ojek bekerja
sama, memasang banner, dan menggunakan taktik intimidasi untuk
mencegah Go-Jek dan GrabBike masuk ke area tertentu
2.8 Grabbike VS Gojek
Baik Go-Jek maupun GrabBike
menawarkan in-app user experience yang mirip. Untuk memesan
GrabBike, pengguna diharuskan mengunduh aplikasi GrabTaxi. Aplikasi ini
terhubung dengan GPS smartphone untuk mengetahui lokasi
pengguna, dan cukup akurat.
Aplikasi ini akan mengkalkulasi biaya
berdasarkan jarak yang ditempuh dan dapat menentukan besarnya tip yang ingin
diberikan kepada pengemudi. Pengguna juga dapat memberi catatan pada pengemudi
tentang lokasi menunggu atau barang bawaan tambahan. Sepertinya aplikasi ini
masih butuh perbaikan atau penambahan pengemudi GrabBike. Ketika saya mencoba
melakukan pemesanan, aplikasi ini menampilkan sekitar 10 pengemudi di sekitar
lokasi saya, namun saya tetap tidak berhasil mendapatkan ojek. Hal ini dapat
membuat pengguna jengkel, dan akhirnya lebih memilih langsung mencari ojek
terdekat.
Sedangkan Go-Jek, meski masih jauh dari
kesempurnaan, membuat pengguna lebih mudah mendapat ojek. Bisa dibilang, dari
sepuluh pemesanan yang dilakukan, delapan di antaranya berhasil. Go-Jek tidak
menampilkan pilihan untuk memberi tip, mungkin karena memberi tip bukan hal
yang umum di Indonesia. Bagaimanapun, jika pengemudi memberikan pelayanan yang
memuaskan, tidak tertutup kemungkinan pelanggan akan memberi tip.
Salah satu masalah dari Go-Jek adalah
pengenalan fitur peta untuk daerah tujuan. Setiap kali memesan, aplikasi masih
sulit menemukan lokasi tujuan. Hal ini terkadang membuat pengguna dan pengemudi
bingung, dan sedihnya, tarif pembayaran bisa saja tidak sesuai karena tujuan
sebenarnya ternyata lebih jauh atau lebih dekat. Secara keseluruhan,
bagaimanapun, sepertinya Go-Jek memiliki keunggulan dari segi user
experience di Jakarta.
Namun pada akhirnya tidak ada yang
menang ataupun kalah, keduanya
“Go-Jek dan Grab Bike” sama-sama menjadi pemenang. Ojek pangkalan akan
tersingkir dan cara satu-satunya adalah melakukan perlawanan fisik seperti di Kalibata
City dan beberapa kawasan lain yang dengan terang-terangan sudah dibuat papan
pengumuman “Go-Jek dan Grab Bike” dilarang masuk. Ibarat seolah-olah persaingan
Indomaret dan Alfamaret yang pada akhirnya mereka justru mereka hidup
berdampingan memperbesar pasar minimarket yang terimbas adalah toko kelontong
di perumahan/perkampungan yang perlahan tutup.
III.
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Go-Jek, dan Grabbike dinilai
merupakan pilihan yang realistis untuk saat ini di tengah perkembangan
teknologi yang semakin berkembang serta kemapanan ekonomi masyarakat. Dengan
perkembangan teknologi masyarakat saat ini sangat dimanjakan cukup satu klik di
tangan "ojek" pun datang ke rumah, tak perlu pilih waktu, karena
layanan sistem online adalah 24 jam.
Go-Jek dan Grabbike
sepertinya memberi harapan, baik kepada para penumpang, ataupun bagi para
tukang ojek di lapangan. Dengan aplikasinya sistem layanan ojek online telah
memberikan harapan bagi para penumpang, para calon pengguna jasa tinggal
mengklik pada aplikasi yang telah tersedia.
Demikian pula sebenarnya
Sistem Ojek Online (Go-Jek Grabbike) jugamemberikan harapan bagi para tukang
ojek di pangkalan. Jika mereka berkemauan merubah pola operasinya, bisa dengan
cara bergabung atau menggunakan layanan sejenis atau dengan merubah cakupan
wilayahnya. Cara ini di samping menghindari gesekan antar sesama pengojek,
namun juga merupakan alternatif cerdas karena jika menggunakan sistem online
jumlah penumpang tidak terbatas, berbeda jika mereka hanya pasrah duduk di
pangkalan menunggu pelangganan atau komsumen yang tak tahu kapan akan
menggunakan jasanya.
3.2.
Saran
Ojek online merupakan
inovasi yang sangat revolusioner, terutama di Indonesia. Penggunaan ojek online
membawa perubahan yang cukup besar di Indonesia karena tidak terbatas hanya
untuk mengantar orang saja, namun juga makanan dan dokumen.
Namun ternyata masih ada
kelemahan dari ojek online berupa perlindungan privasi dari penggunanya.
Mungkin memang bukan kesalahan dari aplikasinya, namun dari kualitas sumber
daya manusianya yang perlu diperbaiki.Kita tidak ingin ke depannya ojek online
dilarang oleh pemerintah karena permasalahan privasi.
Kami berharap Go-jek maupun
GrabBike memberikan pelayanan yang lebih baik karena ojek online sangatlah
membantu kepentingan banyak orang.
Komentar
Posting Komentar